Kamis, 26 Februari 2009

Sri Ratu, Kolaborasi Topeng dan Dangdut


BEKASIHERITAGE—Seni musik dangdut modern sedang dijajaki untuk dipadukan dengan seni tradisional Topeng Bekasi. Dengan cara ini muncul kreasi dengan istilah baru, yakni Pengdut atau Topeng Dangdut. Untuk mewujudkannya, Engkus Prihatin, seorang pengusaha yang juga pendiri One Center, wadah informasi komunikasi dan mediasi alumni SMA Negeri 1 Bekasi mempertemukan personil dangdut Sri Ratu dengan Grup musik dan tari topeng asli Bekasi, Kacrit Putra, Sabtu, 30 Juni 2007.

Pertemuan kedua personil tersebut bukan sekadar dalam tatapmuka dan pembicaraan antarkeduanya, melainkan juga sampai ketahap aplikasi. Usai terlibat dalam acara “ngobrol budaya” Komunitas Budaya Pangkalan Bambu di One Center, personil Sri Ratu, yakni Puri dan Lita, menyanyikan sejumlah lagu dangdut yang diiringi musik topeng sejak pukul 17.00 sampai 17.50, diantaranya lagu "Kucing Garong".

Pertunjukan kolaborasi tersebut disaksikan ahli sejarah musik dari Universitas Padjadjaran Bandung Muhammad Mulyadi, Ketua Komunitas Budaya Pangkalan Bambu dan Bekasi Heritage Ali Anwar, budayawan dan redaktur budaya Koran Tempo Nurhidayat, budayawan Komaruddin Ibnu Mikam, pengurus Dewan Kesenian Bekasi Oman Abdurrahman, sejumlah mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Bekasi (Himasi), wartawan dan masyarakat sekitar.

Menurut Engkus, sebenarnya pengdut sudah kerap ditemukan di sejumlah pertunjukan dang dut maupun topeng di kampung-kampung, terutama di Kota dan Kabupaten Bekasi. “Namun belum ada yang memenejnya secara serius dan profesional,” kata Engkus. Karena memiliki kekhasan tersendiri yang bersendikan pada nilai-nilai tradisional yang unggul di Bekasi, maka dirinya berinisiatif memadukan kedua unsur yang berbeda tersebut menjadi sebuah kolaborasi seni yang indah dan menghibur.

“Mudah-mudahan, ditangan kami pengdut akan menjadi trade mark Sri Ratu,” ujar Engkus usai pertunjukan. Agar harapan itu tercapai, dia merencanakan melakukan latihan rutin di saung empang yang dibangun khusus sebagai tempat latihan mereka. “Kalau sudah pas, pada saatnya pengdut Sri Ratu akan dibuatkan video clip,” kata Engkus. “Mereka akan kami tampilkan mulai tingkat lokal, nasional, bila perlu sampai internasional,” Engkus menambahkan.

Kedua personil Sri Ratu, Puri dan Lita, menyambut baik dan amat berbahagia dengan langkah mulia Engkus Prihatin. “Meski baru bertemu, namun langkah Pak Engkus yang serius dan profesional membuat kami merasa benar-benar dibimbing dan dibina,” kata Puri. Mengenai perpaduan topeng dan dangdut menjadi pengdut, mereka menilainya sebagai kolaborasi baru yang mengasyikkan. “Sejak saat ini Sri Ratu kami tidak ragu lagi mengusung trade mark pengdut,” Lita menambahkan.

Hal senada diutarakan pimpinan grup topeng Kacrit Putra, Supri Kacrit. “Kolaborasi ini sekaligus mengangkat topeng Bekasi yang mulai ditinggalkan masyarakat,” kata Supri. Kacrit Putra salah satu topeng Bekasi yang bertahan puluhan tahun, beralamat di Desa Jatimulya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.

Alat musik yang digunakannya terdiri dari gendang, goong, kecrek, rebab, kenong, dan kenceng. “Agar tidak ketinggalan jaman, kami memberi sentuhan alat musik modern organ,” ujar Supri.

Menurut Ali Anwar, sejak sebulan ini dirinya diminta Engkus untuk memberikan pandangan tentang warna khas Sri Ratu kedepan. “Saya dan Pak Engkus sepakat memberi sentuhan seni trasional khas Bekasi pada dangdur Sri Ratu, yaitu topeng Bekasi,” kata Ali. Alasannya, Sri Ratu yang berdomisili di Bekasi harus memiliki jati diri dan fans utama, yakni masyarakat yang berbudaya betawi.

“Kalau Bekasi berbudaya betawi, maka Sri Ratu akan diterima belasan juta penggemarnya di komunitas budaya betawi yang tersebar di Jabodetabek,” kata Ali. Target pengdut Sri Ratu akan tampil di tingkat nasional dan mancanegara. “Pengdut khas Sri Ratu akan kami ekspor,” ujar Ali. Untuk mengetahui Sri Ratu lebih jauh, bisa diakses melalui blog www.sriratu.multiply.com

Muhammad Mulyadi menilai pengdut merupakan perpaduan yang serasi sekaligus menunjukkan bahwa dangdut bisa dikombinasikan dengan seni apapun. “Setelah menyaksikan penampilan mereka, saya menilai pengdut cocok menjadi ciri khas Sri Ratu,” kata Mulyadi.

Mulyadi berharap, dalam penampilannya Sri Ratu tidak perlu mengumbar unsur erotis saat mendendangkannya. “Kalau audiens merasa takjub dengan lagu dan musiknya, mengapa harus dipaksakan dengan goyang erotis?,” ujar Mulyadi. Kalau kesopanan tersebut dijaga, dia yakin Sri Ratu bisa tampil di Istana Negara dan mancanegara.

Masyarakat Malaysia dan Brunei Darussalam, sebagai contoh, amat menggemari lagu-lagu dangdut Indonesia yang bahasanya memiliki kesamaan. Persoalannya, kebanyakan mereka tidak menyukai goyangan erotis, karena negeri jiran tidak menghendakinya. “Nah, kalau bisa membaca selera mereka, Sri Ratu akan mudah diekspor,” kata Mulyadi.

Bagi Komaruddin Ibnu Mikam, pengdut menunjukkan perpaduan harmonis antara dua seni yang berbeda. Dia berharap nilai tradisi yang baik tersebut dilanjutkan, sehingga menjadi seni yang indah dan mampu melakukan perubahan perilaku masyarakat menjadi lebih beraklak. “Pakaiannya bisa disesuaikan, sehingga tetap menutup aurat. Sedangkan lagunya mengandung unsur akhlak, “Seperti mengajak seorang suami untuk setia kepada istrinya,” ujar Komaruddin.

Oman Abdurrahman menyatakan Dewan Kesenian Bekasi amat mendukung dan memuji langkah kreatif yang dilakukan Engkus, Ali Anwar, Sri Ratu, dan topeng Kacrit Putra. “Kami siap membantu, baik dari sisi koreografi, modifikasi musik, sampai memperkenalkannya kepada masyarakat dan pemerintah daerah,” kata Oman.

Nurhidayat yakin pengdut akan menjadi salah satu alternatif hiburan dangdut di Indonesia. “Kalau dimenej dan dikemas dengan baik, dari Bekasi akan lahir dangdut campur topeng yang diterima publik secara lebih luas,” kata Nurhidayat. Dia juga siap membantu menampilkan Sri Ratu kepada komunitas budaya, media massa, dan memperkenalkannya kepada sejumlah stasiun televisi. “Supaya sukses, mereka harus layak dibantu banyak komponen,” kata Nurhidayat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar