Kamis, 26 Februari 2009

Perkawinan Adat Betawi

Cinta yang telah terjalin bukan karena keindahan yang tampak dimata, tetapi karena yang menyatukan hati dan jiwa
Dari sepasang insan yang ingin hidup bersama
Menuju gerbang pernikahan 'tuk memelihara kehormatan
Mengharap ridho dan berkah dari yang kuasa

Untaian kalimat indah di atas terdapat dalam salah satu dari selusin kartu undangan yang saya terima mulai dari hari pertama Lebaran (1 Syawal 1428 H) sampai dengan hari Minggu kemarin. Bulan Syawal bagi masyarakat Betawi memang dianggap sebagai bulan yang baik untuk menyelenggarakan pesta perkawinan. Saya jadi teringat sepenggal syair dari salah satu lagu H. Benyawin S. "Ee... hujan gerimis aje, ikan bawal diasinin. Ee...jangan menangis aje, bulan Syawal mau dikawinin".

Dalam upacara adat perkawinan Betawi ada banyak tahapan yang harus dilalui, dan tiap-tiap tahapan berkaitan erat satu sama lain. Tahapan-tahapan yang harus dilalui adalah: melamar, masa pertunangan, menentukan hari perkawinan, mengantar peralatan, menyerahkan uang sembah, seserahan, nikah, ngarak penganten, main nganten-ngantenan, main marah-marahan, menyerahkan uang penegor dan pesta penutup.

Saat ini upacara adat perkawinan Betawi jarang dilaksanakan secara lengkap, pada umumnya hanya beberapa tahapan saja yang dilaksanakan. Tahapan yang jarang dilaksakan pada saat ini adalah main nganten-ngantenan, main marah-marahan, dan menyerahkan uang penegor.

1. Melamar
Sebelum melamar calon isteri, seorang pemuda Betawi biasanya sudah melewati suatu proses yang dikenal dengan istilah stilah ngedelengin; yaitu upaya mencari atau menemukan kesamaan missi dan visi antara seorang lelaki dengan seorang perempuan dalam rangka membina rumah tangga. Selengkapnya baca disini...

Melamar atau ngelamar dalam istilah Betawi adalah tingkatan yang paling awal dari rangkaian upacara. Setalah seorang pemuda menetukan calon istrinya, pihak keluarga pemuda mendatangi keluarga si gadis. Ada pun yang dikirim sebagai utusan biasanya keluarga dekat sebanyak dua sampai tiga orang. Jarang sekali orang tua pemuda melamar sendiri.

Bawaan yang dibawa pada waktu melamar adalah pisang sebanyak dua tiga sisir, roti tawar empat buah, dan dua tiga macam buah. Semua bawaan ditempatkan di piring besar atau nampan. Bawaan biasanya tampak terbuka yang merupakan tanda melamar supaya orang dapat mengetahui bahwa saat itu ada upara melamar pengantin.

2. Masa pertunangan
Setelah lamaran diterima pihak si gadis, pertunangan menjadi tahap berikutnya. Tahapan ini ditandai dengan diadakannya acara mengantar kue-kue dan buah-buahan dari pihak pemuda ke rumah pihak sigadis.

Dalam masa pertunangan bukan berarti si gadis dan si penuda bebas bertemu. Di antara mereka masih terdapat batas-batas hubungan yang berdasarkan pada ajaran agama dan sopan santun. Mereka tidak boleh bepergian tanpa ada yang ikut menyertai dari pihak keluarga di gadis.

3. Menentukan hari perkawinan
Untuk menentukan hari perkawinan dicari hari dan bulan yang baik serta saat-saat dimana segenap keluarga ada dalam keadaan selamat, sehat wal afiat. Pihak laki-laki mengirim utusan ke rumah keluarga si gadis dengan membawa buah tangan berupa buah-buahan dan kue kue sekedarnya.

Dalam pembicaraan, selain menentukan hari pernikahan juga diutarakan apa yang diminta keluarga si gadis sebagai persyaratan. Seperti jumlah mas kawin, peralatan yang dibawa, dan jumlah uang belanja.

4. Mengantar Peralatan
Setelah hari perkawinan ditentukan, beberapa hari sebelumnya pihak pemuda mengantar peralatan yang telah ditentukan pada pembicaraan terdahulu. Peralatan biasanya berbentuk alat-alat rumah tangga secara lengkap, perhiasan emas, pakaian, mas kawin dan uang belanja.

Jika si gadis mempunyai kakak yang belum kawin, maka pihak pemuda wajib menyerahkan uang pelangkah sebagai tanda permintaan maaf karena si adik mendahuluinya. Uang pelangkah juga dimaksudkan agar si kakak enteng jodoh.

5. Menyerahkan Uang Sembah
Peralatan yang diperlukan termasuk mas kawin telah diserahkan kepada pihak si gadis. Kira-kira tiga hari sebelum hari perkawinan, si pemuda diantar oleh salah seorang keluarganya pergi ke rumah calon mertua. Tujuan kepergian si pemuda untuk menyerahkan uang kepada si gadis yang disebut uang sembah. Jumlah uang sembah tidak ditentukan tergantung pada kemampuan pemuda itu. Uang sembah itu dibawa dengan menggunakan sirih dare, yaitu berupa anyaman dari daun sirih yang berbentuk kerucut.
Ada pun maksud penyerahan uang sembah ini adalah sebagai pembuka hubungan antara si pemuda dengan gadisnya. Di samping itu, pada han perkawinannya nanti si gadis akan melakukan penyembahan kepada calon suaminya, sehingga hatinya perlu ditenteramkan dengan uang sembah tersebut.

6. Seserahan
Sehari sebelum upacara perkáwinan dilangsungkan, diadakan suatu acara yang disebut seserahan. Seserahan adalah suatu upacara mengantar bahan-bahan yang diperlukan untuk keperluan pesta pada keesokan harinya dari pihak si pemuda. Antaran tersebut berupa beras, ayam, kambing, daging, sayur-mayur, bumbu-bumbu dapur, dan sebagainya. Selain kambing dan ayam, semua barang antaran ditempatkan di dalam peti-peti kayu yang disebut shi. Kambing dituntun dan ayam ditempatkan dalam keranjang. Peti-peti tadi dipikul beramai-ramai dan diarak, sehingga orang mengetahui berapa jumlah shie untuk seserahan tersebut. Upacara seserahan merupakan kewajiban bagi pihak keluarga pengantin laki-laki untuk membantu keperluan pesta yang akan berlangsung di rumah calon isteri.

Sementara itu, calon pengantin wanita mulai dipingit di rumah dan dirias oleh tukang rias penganten, serta dihibur oleh orang-orang tua khususnya kaum ibu. Selain meighibur calon pengantin wanita, kaum ibu juga memberi berbagai nasihat sebagai bekal bagi kelangsungan hidup calon penganten tersebut.

7. Nikah
Pada han pernikahan, si pemuda diantar oleh beberapa orang keluarganya berangkat menjemput si gadis di rumahnya. Mereka bersama-sama akan ke penghulu melakukan akad nikah. Si gadis yang diantar oleh ayah ibunya, lalu keluar dan rumahnya. Selanjutnya, kedua pengantin dinaikkan ke dalam sebuah delman dengan masing-masing seorang pengiring. Delman tersebut ditutupi dengan kain pelekat hitam sehingga tidak kelihatan dan luar. Akan tetapi, dengan kain pelekat hitam itu orang-orang telah nengetahui bahwa ada pengantin yang akan pergi ke penghulu.

8. Ngarak Penganten
Pada hari pesta pernikahan, baik pengantin pria maupun pengantin wanita, mengenakan pakaian kebesaran pengantin dan dihias. Pengantin pria diãrak dari rumahnya menuju rumah pengantin wanita dengan diantar oleh keluarga, kaum kerabat, dan teman temannya. Arak-arakan didahului oleh barisan rebana yang diiringi nyanyian. Peserta arak-arakan berjalan kaki dengan tertib sampai di rumah pengantin wanita.

Setelah sampai di depan rumah, dilakukan pembacaan zikir sebagai pembuka pintu. Selanjutnya mempelai wanita melakukan sumkem kepada mempelai pria dan keduanya kemudian duduk di pelaminan.

Tamu-tamupun berdatangan....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar